Sebuah Film Dokumenter
Etnografi hasil kerjasama antara IPPHTI (Ikatan Petani Pengendalian Hama
Terpadu Indonesia) Indramayu bersama Program Sarjana Jurusan Antropologi FISIP-UI.
Kalimat di atas menjadi kalimat
pembuka yang mewakili kisah perjuangan petani pemulia tanaman di Indramayu
dalam film ini.
Visualisasi wayang
kulit yang dimainkan dengan sederhana oleh Pak Karsinah, menampilkan sosok Semar
yang merepresentasikan sosok petani dan Samiaji sebagai pihak pemerintah. Dalam
kepustakaan antropologi, keberadaan petani dipercaya sudah muncul 6000 tahun
yang lalu di Mesopotamia. Keadaan petani yang kita kenal sebagian besar kini, berbeda
dengan masyarakat primitif yang lebih lanjut. Dalam masyarakat primitif ketika
pengolahan lahan sudah dilakukan, produsen benar-benar menguasai sarana produksi,
termasuk tenaga kerjanya sendiri dan menukarkan tenaga kerjanya sendiri dengan
barang atau jasa lain sebagai padanan yang ditentukan menurut kebudayaannya.
Sedangkan, petani selalu menjadi bagian dari sitem ekonomi, politik, dan budaya
yang lebih luas dalam kedudukan yang lebih rendah (Mulyanto, 2011: 208). Layaknya
Semar sebagai abdi kerajaan yang mengabdi untuk memuliakan anak cucu pandawa, membahagiakan
bangsa. Dalam kedudukan yang rendah, petani mengambil peran penting kehidupan,
makanan.