Aku lahir di Jakarta, dibesarkan di Bekasi, dan sampai sekarang masih menjadi mahasiswi serta anak kosan di salah satu universitas di Jatinangor. Sejak Desember lalu, karena tuntutan akademis, aku harus lebih sering berada di Bandung daripada di Jatinangor. Dan sejak bulan Desember juga aku telah menjadi pelangi yang selalu setia menunggu hujan reda (itu kata Efek Rumah Kaca). Kenapa pelangi, karena bagus aja warna warni, kayak payung. Kenapa setia menunggu hujan reda, karena aku kesana-kemari berjalan kaki dan harus menyapa angkot dengan “kiri!”. Jadi buatku menunggu adalah santapan pokok seperti bubur yang becek jika hujan terlalu deras, sampai cukup reda untuk bisa melintas.
Bekasi – Bandung. Ada perbedaan dan persamaan mendasar di bulan hujan dari kedua kota itu. Perbedaannya: kota yang pertama, kalo hujan banjirnya makin dalem; sedang kota kedua hujan bentar, mulai banjir. Persamaannya ya basah, kecuali yang pada bawa mobil pribadi, persamaannya jadi sama-sama bikin macet. Jadi, karena itulah ada beberapa hal yang tidak boleh terlewatkan untuk dibawa di bulan hujan ini. Apalagi banyak aktifitas yang nggak bisa ditinggal