Tuesday, January 21, 2014

Tenang

Hari itu, mungkin tidak jauh ketika seorang laki-laki mengingat sembilan tahun yang lalu dan perjalanan di atas kereta di bangku tengah, menuju Jakarta. Kota oranye katanya. Aku tidak tahu menahu.

Di suatu malam gempita, waktu dan ceria membawa aku menjadi konyol. Laki-laki itu tertawa dengan kepala plontosnya, kepala yang di dalamnya menyimpan cerita sembilan tahun yang lalu dalam perjalanan di atas kereta di bangku tengah. Mendengar harmonica dan gadis yang berdansa sendirian, melambat dan tenang. Aku tidak tahu. Aku tidak tahu, kalau itu dia laki-laki yang dibicarakan orang-orang. Aku tidak perduli. Aku tidak mau tau.

Bagiku sudah lima tahun yang lalu, saja. Perjumpaan. Sejak hari itu, aku tidak tahu kalau aku menunggu.
....