"Temen-temen, kira-kira di masa depan bagaimana ya?" saya buka pertanyaan. Dan, ada jawaban menarik dari pria kecil berkaca mata, "Banyak pohon, Kak!" saya tanya lagi, "Kenapa?" dia menjawab, "Kan, kita semua yang tanemin pohon, Kak." Hmm...
"Terus, ada apa lagi?" perempuan kecil berambut keriting bilang "Robot penanam bunga!"
Begitu kira-kira cuplikan percakapan Kak Galih seorang teman belajar di Rumah Belajar Semi Palar, mereka sedang membicarakan dan bernyanyi tentang Bumiku di Masa Depan. (klik untuk selengkapnya)
Berbicara tentang pohon, bunga, saya selalu berimaji tentang taman. Hutan, lapangan, bahkan jalan raya bisa menjadi taman. Yang terbayang adalah ketika sore hari bemain petak umpet atau bersepeda di taman, yang kala itu saya masih sekitar TK, sampai menginjak kelas 3 SD, kenangan bersama itu seperti terputus. Taman, seperti kata taman pada Taman Bermain, atau Taman Kanak-kanak. Kemudian saya ingat, Coyo! Dia sahabat saya yang bernama asli Cahaya, kami pernah bersama membuat tulisan tentang sebuah gerakan, Komunitas Taman Kota. Dan ternyata kenangan itu bisa dibuat lagi, tentang taman. Tidak boleh terputus...