Allan
Emmanuel Karlsson tidak pernah menyangka hidupnya akan mencapai 100 tahun,
kalaupun tidak, sepertinya ia tidak akan mempermasalahkan itu. Allan tidak
pernah berlama-lama mempertimbangkan sesuatu, ketika semua orang di dekatnya
telah mempersiapkan hari jadinya yang ke 100, ia sudah jauh lebih siap untuk
keluar diam-diam lewat jendela. Selagi semua orang mencari ke mana kakek berusia
seratus tahun pergi, Jonas Jonasson juga mengajak melintasi apa yang terjadi
selama 100 tahun ke belakang.
“Revenge is like politics, one thing always leads to another until bad has become worse, and worse has become worst.”
Seratus
tahun waktu yang cukup panjang untuk menjelajahi gejolak apa saja yang menjadi
perhatian dunia. Dipersilahkannya kakek berusia 100 tahun ini membeberkan kisah hidup dengan detail yang fantastis sekaligus imajinatif (dan masih berlangsung
setelah 100 tahun!). Penulis paham betul bahwa sejarah tidak akan pernah tidak
berpihak dan bahwa kebenaran tidak manunggal. Allan
bukan tokoh utama dengan figur yang istimewa, dia hanya salah satu dari mereka
yang selamat dari perang dunia. Allan juga tidak memiliki pemikiran politis
yang idealis, pun ia bukan seorang spiritualis. Allan adalah pihak untuk Allan,
dan satu-satunya kebenaran hakiki adalah pengalamannya sendiri. Allan adalah
bentuk humor yang utuh tentang manusia dan segala ketakutan hidup diantara
keberpihakan dan kebenaran tersebut. Bahwa hidup akan selalu bertanya apa yang
telah kamu lakukan, bukan apa yang kamu pikirkan.
“Things
are what they are, and whatever will be, will be.”
Buat saya, buku
ini bukan sekedar humor permainan kata untuk merayakan seratus tahun
kehidupan, buku ini mampu melucu sepanjang perang dunia, sejauh Himalaya, sedahsyat
bom atom, sekeras Stalin, sesombong Amerika, sekejam Suharto, seluas Tiongkok..
after all Jonasson really deserve to be put in jain because of his sense of
humor.
If
you've ever asked yourself, "Should I ...", the answer is
"Yes!". If not, how do you know that the answer is no? – Jonas Jonasson
Tiaradewi :)
Bekasi, 5 Desember 2014
No comments:
Post a Comment