"Temen-temen, kira-kira di masa depan bagaimana ya?" saya buka pertanyaan. Dan, ada jawaban menarik dari pria kecil berkaca mata, "Banyak pohon, Kak!" saya tanya lagi, "Kenapa?" dia menjawab, "Kan, kita semua yang tanemin pohon, Kak." Hmm...
"Terus, ada apa lagi?" perempuan kecil berambut keriting bilang "Robot penanam bunga!"
Begitu kira-kira cuplikan percakapan Kak Galih seorang teman belajar di Rumah Belajar Semi Palar, mereka sedang membicarakan dan bernyanyi tentang Bumiku di Masa Depan. (klik untuk selengkapnya)
Berbicara tentang pohon, bunga, saya selalu berimaji tentang taman. Hutan, lapangan, bahkan jalan raya bisa menjadi taman. Yang terbayang adalah ketika sore hari bemain petak umpet atau bersepeda di taman, yang kala itu saya masih sekitar TK, sampai menginjak kelas 3 SD, kenangan bersama itu seperti terputus. Taman, seperti kata taman pada Taman Bermain, atau Taman Kanak-kanak. Kemudian saya ingat, Coyo! Dia sahabat saya yang bernama asli Cahaya, kami pernah bersama membuat tulisan tentang sebuah gerakan, Komunitas Taman Kota. Dan ternyata kenangan itu bisa dibuat lagi, tentang taman. Tidak boleh terputus...
Taman dalam skala kota adalah sebuah ruang terbuka (open space) dimana didalamnya terdapat berbagai macam aktifitas. Taman sebagai ruang terbuka seharusnya menjadi pilihan warga kota untuk bersantai atau bersenang–senang secara individu atau kelompok. Sehingga taman memiliki fungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat. Menurut Djamal (2005), taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya.
Di Bandung, kira-kira 80 tahun yang lalu (lama juga yah) para perencana taman membangun "mini-botanical garden". Taman menjadi sarana efektif mengakrabkan warga kota dengan alam, tempat rekreasi, tempat penelitian, dan tempat belajar mengenai siklus alam. Oleh karena itu, pemilihan jenis tanaman pun disesuaikan dengan kondisi ekologi dan iklim Kota Bandung.
Namun cita-cita itu harus menghadapi beberapa permasalahan, antara lain, pemerintah kota, investor, pengembang (developer) dan masyarakat luas masih belum banyak menyentuh perancangan ruang publik kota. Perubahan-perubahan fungsi taman kota menjadi fungsi bangunan yang tidak terkendali, perancangan ruang publik yang ada sering tidak mengacu pada kriteria desain tidak terukur yang melibatkan aspirasi atau keinginan masyarakat pengguna, desain ruang publik sering tidak memikirkan masalah pengelolaan dan perawatannya. Sudah dapat di bayangkan apa yang terjadi kalau penyerapan air berkurang ketika hujan lebat datang.
Meskipun Kota Bandung memiliki sekitar 600-an taman, setengah di antaranya dikelola Pemkot Bandung, pada kenyataannya taman-taman itu hanya menjadi dekorasi kota. Bukan menjadi tempat bagi masyarakat meluangkan waktu, taman justru telanjur dicap sebagai tempat bersarangnya "gelandangan" dan wanita tuna susila. Pemerintah justru memasang pagar tinggi dan mengunci pagarnya untuk menjaga agar taman kota tak disalahgunakan. Barangkali ini cara ampuh "membersihkan" taman. Namun, dengan cara itu pemerintah sudah membuat jarak antara taman dan masyarakat.
Dengan ikut terkuncinya fungsi kota yang diharapkan saat awal dibentuknya taman kota timbul ide kreatif masyarakat yang masih peduli dengan upaya pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Komunitas Taman Kota
Komunitas Taman Kota hadir dan berusaha mempopulerkan pengertian bahwa taman kota seharusnya tak hanya indah dipandang tetapi juga memiliki fungsi sebagai ruang publik. Di sanalah seharusnya masyarakat bisa saling bertemu dengan nyaman, bertukar ide dan gagasan serta melahirkan berbagai kreativitas. Taman juga bisa menjadi tempat rekreasi yang murah. Intinya sebagai Sebuah Ruang yang dapat dipakai berkegiatan bersama bagi warga. entah itu seonggok lahan di bawah kolong jembatan, sepetak lahan di komplek, hingga taman-taman kota adalah sebuah Taman Kota yang dapat dioptimalkan fungsinya oleh warga sebagai sarana bermain dan belajar bagi anak. Tindakan nyata yang dilakukan oleh Komunitas Taman Kota adalah memboyong buku-buku ke kolong jalan layang Pasupati. Sudah beberapa kali mereka menggelar kegiatan tersebut. Tidak sekadar membaca, sebelumnya Komunitas Taman Kota menggelar pemutaran film anak dan berbagai permainan untuk anak.
Komunitas Taman Kota memiliki pola yang umum dalam menjalankan aktivitas sekolah taman. Pola ini kemudian dapat dikembangkan sebagai sebuah model yang nantinya akan sangat mudah ditiru oleh warga manapun diseluruh penjuru kota ini. sehingga setiap ruang publik yang ada disekitar warga mampu dihidupkan oleh warga, dari warga, dan untuk warga. Pengembangan model sekolah taman ini menjadi penting sebagai salah satu strategi untuk memperluas dan mendukung gerakan pemanfaatan ruang publik.
Komunitas Taman Kota awalanya bergerak untuk memanfaatkan taman-taman yang ada sebagai ruang publik yang dapat digunakan untuk beraktifitas bersama-sama. Berawal dari sebuah warung disekitar Jalan Bali no. 6 Bandung (area militer kodam 3 Siliwangi) pada tahun 2005. Beragam orang dari berbagai aktivitas dan beragam latar belakang yang kemudian menjadi teman-teman selalu tersenyum untuk meluangkan waktunya untuk datang ke warung "senyum selalu" ini. Sehingga mereka menyebutnya Komunitas Senyum Selalu.
Beragam aktivitas berasal dari tempat ini, mulai dari berbagai workshop, pameran photografi, perpustakaan dan lain-lain. Ditempat ini pula Komunitas Taman Kota mulai terbentuk benihnya. Karena tempat ini merupakan tempat asrama militer, maka komunitas ini tidak leluasa untuk melakukan beragam aktivitas yang sebenarnya positif. Seiring waktu tempat ini dibongkar kemudian pada tahun 2007 pindah menuju sabuga ITB dan bergabung dengan Baca-Baca book store dan komunitas-komunitas lain di sana seperti Komunitas Film Sunday Screen, Komunitas Sahabat Kota, Komunitas Buku Baca-baca, Komunitas Merajut Bandung, Lawang Buku, hingga Komunitas Pencinta Sejarah Kota Bandung Heritage. Sekitar tahun 2008 dan berubah menjadi Komunitas Taman Kota. Dan dari sinilah Komunitas Taman Kota membuat beberapa agenda acara rutin seperti acara senjalogi yang sudah terlaksana dan sekolah taman.
Setelah di Baca-Baca , Komunitas Taman Kota seakan diberikan tempat yang sangat leluasa untuk melakukan beragam kegiatan dan mulai aktif dari sekitar tahun 2008. Akhirnya Komunitas Taman Kota "terusir" dari Sabuga karena kepentingan manajemen Sabuga. Tapi Komunitas Taman Kota beruntung mendapatkan tempat kembali di jalan Padasuka tepatnya di Studio Jeihan .
Ditempat yang baru ini, Komunitas Taman Kota seolah menemukan tempat yang sesungguhnya. Beragam aktivitas yang tadinya hanya dalam rancangan ditempat ini mulai bisa terealisasikan, misalnya dengan berkontribusi untuk masyarakat sekitar secara langsung dan kontinue dengan beragam workshop mulai dari merajut, memasak sampai menyediakan buku-buku dalam bentuk perpustakaan baca. Banyak agenda kegiatan yang telah disusun dulu di warung Senyum Selalu dan Sabuga untuk mulai merealisasikannya disini.
Bentuk-bentuk kegiatan yang pernah dilakukan Komunitas Taman Kota diantaranya:
- Sekolah taman, bukan sekolah dalam arti formal, tapi memberdayakan ruang-ruang publik untuk melakukan aktivitas bermain dan belajar dengan fokus anak-anak. Ruang publik ini bisa dilakukan dimana saja dan melibatkan semua elemen masyarakat di daerah tersebut dan semua gratis.
- Sono sore, kegiatan yang dikondisikan rutin diadakan pada tiap sore hari. Diceriakan dengan ngobrol-ngobrol, kopi sore, santai bersama. Tempat bisa dimanapun mereka inginkan.
- Pecandu pagi, kegiatan menikmati pagi. Segelas teh hangat disertai obrolan keceriaan, agar menjalani hari lebih ceria. Juga jalan pagi, memfoto bersama juga kegiatan lainnya. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menyapa pagi.
- Bersama malam, kegiatan santai malam hari. Senyum bersama, nonton bersama, untuk membuat suasana Lebih hangat dan menjadi cerita indah saat terlelap. Juga bisa dipakai sebagai ruang untuk merekomandasikan film bagus.
- Kutangan, merupakan sebuah kegiatan membuat beragam barang handmade yang lebih ramah lingkungan. Keuntungan yang didapat untuk membantu kegiatan pemberdayaan taman dan ruang publik lainnya. Diantaranya:
- OratOret, membuat barang dengan lebih mengutamakan penggunaan bahan logam bekas untuk dibuat gelang, tempat minum, gantungan kunci, kalung, dan lainnya.
- Kaos Rakyat, membuat kaos sederhana dengan disain temantik minimalis dan harga yang terjangkau.
- Sahabat sampah, berkreasi dengan menggunakan barang sampah atau berang bekas juga ruang untuk belajar cara pengolahan sampah.
- Tumbuh teduh, sebuah ruang untuk penghijauan, pembibitan berbagai jenis tanaman secara organik. Kegiatan ini menerima sumbangan berbagai bibit tanaman.
Coyo ngobrol asik dengan Kak Adjo |
Perpustakaan Taman Baca-Baca |
Halaman Belakang |
Alat Musik di Dalam Studio |
Orat Oret |
Tempat Sampah Karya Adik-adik |
Portofolio Kegiatan |
ADJO AKASIA adalah salah satu kakak yang aktif di Komunitas Taman Kota dari pertama kali komunitas ini di bentuk hingga sekarang. Lahir: Ciamis, Jawa Barat, 29 Februari 1980. Pendidikan: - SMP 26 Sarijadi, Bandung, 1995- STM Otista, Bandung, 1998.
Organisasi: Komunitas Taman Kota, Pengelola Warung Buku ”Senyum Selalu”, Pengelola Rumah Baca ”Baca-baca”, Komunitas Senyum Selalu.
Sasaran Komunitas Taman kota adalah anak-anak, karena mereka beranggapan kalau anak-anak pasti mereka (komunitas Taman Kota) akan berhubungan dengan orang tuanya, atau saudaranya karena merasa harus bertanggung jawab terhadap anak-anak tersebut. Dengan begitu ada harap bahwa saudara dan teman-teman anak tersebut tertarik untuk ikut bergabung. Para orang tua juga menjadi faktor pendukung setelah mengetahui kegiatan Komunitas Taman Kota bernilai positif bagi anak-anaknya.
Komunitas Taman Kota juga menularkan kegiatannya ke daerah-daerah lain, seperti Batu Karas, Ciamis, Ujung Genteng. Komunitas Taman Kota mengirimkan sekurang-kurangnya 2 orang untuk masyarakat setempat mendampingi selama 3 bulan. Biasanya daerah yang mereka sambangi adalah daerah rekan atau jejaring yang mereka kenal terlebih dahulu. Setelah 3 bulan minimal ada satu kegiatan yang sudah terlaksana, kemudian masyrakat pelaksana diberi bekal bimbingan hingga siap untuk ditinggalkan, agar kegiatan tersebut berjalan dengan mandiri. Mereka berharap agar konsep kegiatan mereka dibajak oleh orang lain.
Daaan... untuk berpikir kembali tentang betapa menyenangkannya bertaman sila membuka video liputan: "Sunday Smile Picnic #4" dari Sorge Magazine.
Di taman kota yang adem, saya simpulkan dengan egois, bisa membuat oksigen dan darah kita mengalir lebih lancar sehingga tumbuh bibit-bibit segar pemuda harapan bangsa, yang ceria dan bergembira :)
Buktinya dari bermain streetball di ruang publik bawah jalan layang, Rumah Cemara, berhasil mengumpulkan talenta sepakbola berbakat Indonesia untuk berangkat ke Homeless World Cup 2012 di Mexico (Selengkapnya tentang League of Change)
Mungkin tulisan tentang penyemangat bertaman akan dilanjutkan kemudian hari. Sekarang mari kita bertaman dengan video dari Deugalih & Folks - Minggu Pagi
Bekasi. Minggu pagi, 23 Desember 2012
Tiaradewi :)
Note: Foto dan tulisan tentang Komunitas Taman Kota diambil dari data portofolio tentang gerakan sosial, yang saya dan Coyo buat. Sudah cukup lama, sekitar Mei - Juni 2011. Jadi mohon maaf apabila, sekarang sudah banyak perubahan data. Mungkin pembaca bisa membantu memperbaikinya :) Terimakasih banyak juga buat Kak Adjo yang inspiratif. Salam hangat.
Mengenal lebih dekat
@cooyo facebook.com/cahaya.rosalina
Adjo Akasia facebook.com/azhoakasia
@deugalihfolks deugalihandfolks.com/
@deugalih deugalih.blogspot.com/
Beberapa sumber:
GERAKAN SOSIAL: KONSEP PERPEKTIF SEJARAH DAN STRATEGI. www.simpuldemokrasi.co
Lutphy. 2011. Standar Taman Kota. http://blog.ub.ac.id/lutphy/2010/11/01/standar-taman-kota/
Prasetyo, F. A. 2004. Komunitas Taman Kota. http://tamankota.blogspot.com
Prihandono, Aris. 2010 TINJAUAN SOSIAL KEBIJAKAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN PERKOTAAN. Puslitbang Sosekling.
Suaedy, Ahmad. 2011.Islam dan Gerakan Sosial Baru di Indonesia, Sebuah Pencarian Perspektif dan Agenda Rise.
Widaningsih, Lilis. 2006. KONFLIK RUANG PUBLIK DAN PENGUATAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) MASYARAKAT KAMPUNG KOTA (Studi Kasus Konflik Jalan Lingkungan di Kelurahan Sukapada Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung). Seminar Nasional 2006 - “Pendidikan IPS sebagai Wahana Memupuk Modal Sosial Nasional”.
No comments:
Post a Comment