Friday, July 3, 2009

Menjalin Kekerabatan Maya

Kekerabatan Via Facebook

Oleh: Tiara Dewiyani

Ditulis pada Jumat, 24 April 2009.

Istilah kekerabatan dipelajari oleh para ahli antropologi untuk berbagai tujuan. Pengetahuan itu dipergunakan sebagai alat untuk menyusun kembali hubungan historis antara orang-orang. Untuk menelusuri asal-usul pranata sosial dan dalam menimbang maksud dari cara-cara yang berlaku yang telah menjadi kebiasaan. Namun yang terpenting adalah pemahaman yang diberinya mengenai struktur sosial yang mengatur perilaku dan yang dengan demikian mendasari kebudayaan. Pemahaman itu diperoleh melalui daftar istilah-istilah, analisa hak-hak dan tugas-tugas yang menjadi kewajiban sesuai dengan kedudukan mereka yang di kelompokan menurut berbagai istilah kekerabatan itu. 

Perbedaan antara cara hidup keluarga pada berbagai suku bangsa dan perbedaan di antara pengaruh faktor kekerabatan pada masyarakat sederhana dengan masyarakat modern untuk sebagian besar bersumber pada kebiaasaan kekerabatan yang berlainan. 

Pada masyarakat modern,

Ditemukan berbagai persoalan kompleks mengenai eksistensi sistem kekerabatan. Migrasi penduduk terjadi dengan pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Berbagai macam jejaring sosial yang hadir di internet menjadi media untuk tetap menghubungkan jaringan yang sosial yang terputus akibat pesatnya dinamika masyarakat. Salah satunya yang paling populer belakangan ini adalah Facebook. 

Meskipun pada awalnya jejaring ini dibuat hanya untuk para mahasiswa universitas Harvard namun sekarang jejaring Facebook sudah banyak membuat sekitar 150 juta pengguna aktifnya menjadi menggila. Berbagai macam fitur yang terdapat di dalamnya memiliki fungsi untuk menambah kedekatan antar sesama teman dalam facebook. Selain dapat menemukan kemabali kekerabatan yang sudah mulai sirna akibat dinamika sosial. Facebook juga membuat "kekerabatan baru". Namun hal inilah yang sekarang menjadi pertanyaan. Karena menurut beberapa pendapat Facebook dapat merusak kebudayaan berkerabat dalam arti sesungguhnya.

Alasan merusak itu diberikan sebagian besar karena Facebook adalah termasuk dunia maya yang memiliki banyak kemungkinan dalam pembentukan identitas. Facebook juga diduga sebagai pengaruh barat yang mengikis keintiman yang seharusnya menjadi ciri khas manisnya kekerabatan Indonesia. Pendapat-pendapat tersebut tidak dapat disalahkan, kerena hal itu memang benar-benar bertolak dari konsep kekerabatan tradisional sesungguhnya. Apalagi dilihat dari segi pembagian hak dan kewajiban yang ada pada sistem kekerabatan sesungguhnya. Dalam Facebook segala urutan kekerabatan beserta hak dan kewajiban yang menempel pada anggota kerabat seharusnya menjadi tidak diindahkan. Seperti juga yang diungkapkan Bung Hatta bahwa suasana hubungan sosial yang seperti ini diasumsikan sebagai ciri khas kehidupan masyarakat tradisional di Indonesia (Hatta 1963:16). Hubungan sosial yang dmaksud disini adalah asas kekeluargaan yang tentu saja telah mendarah daging dalam tubuh masyarakat Indonesia.

Kata-kata kualitas kekerabatan menjadi sepertinya menjadi suatu pertentangan ketika kekerabatan baru itu muncul. Tidak dapat di elakkan perubahan struktur kekerabatan itu sudah menjadi konsekuensi modernisasi yang terjadi. Perubahan dalam linkungan kerabat dan bukan kerabat bukanlah berdiri sendiri tapi tidak terlepas dari disatu dengan yang lain. Hubungannya sebenarnya tidak sesederhana apabila terdapat peningkatan peranan dalam satu bidang berarti pengurangan peranan pada bidang yang lain. 

Apabila Facebook dapat menjadi jembatan untuk tetap mempertahankan hubungan kerabat yang hampir pudar karena batasan ruang itu merupakan suatu keuntungan fungsi. Dan apabila Facebook dapat membentuk suatu kekerabatan baru walaupun tidak seintim kekerabatan dalam ari sesungguhnya di dunia nyata itu merupakan suatu Perubahan yang bersifat menambahkan bukan penggantian. Bertambahnya hubungan kerabat dalam dunia maya dapat dikatakan ada tapi hal itu tidak berarti bahwa sekaligus mengurangi jumlah kerabat yang sesungguhnya sudah ada dan berjalan. 

Hipotesa ini mandalilkan bahwa pembedaan yang pertama-tama dibuat dalam hubungan antar pribadi di Indonesia adalah atas dasar kesukuan (Brunner, 1973). Yang diharapkan adalah agar penambahan dari perubahan sistem kekerabatan itu benar-benar tidak mengurangi kuantitas dan kualitas kekerabatan yang sudah ada.

Daftar Pustaka
http://www.blogspot.com
Marzali, Amrie. Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta:Kencana, 2007
J. Herskovits, Melville; dan Brurner, Edward. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. T.O Ihromi (ed.). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

tiaradewi (ini adalah paper untuk tugas kuliah yang telat dikumpulkan sampai akhirnya tidak saya kumpulkan)

:) Jum'at 24 April 2009

No comments: