Wednesday, January 16, 2013

Dunia Impian Peyo di Desa Smurf

Membuat uang, gagal. Menjadi reporter, kisruh. Berobat ke dokter, sakit. Lalu apa yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup? Makhluk kecil berwarna biru yang hidup demikian bernama smurf. Setiap seri komiknya, akan diteukan masalah demi masalah dalam kehidupan sehari-hari di Desa Smurf. Masalah yang banyak disebabkan oleh pengetahuan yang merangsang ide untuk berkuasa, untungnya, selalu gagal.




Setiap Smurf mengganti berbagai macam kata menjadi smurf. Kita diajak belajar memasuki dunia Smurf dengan memahami konteks oengucapan kata smurf itu sediri. Misal, ketika salah satu Smurf mengatakan: "Enak saja, ini nggak seperti yang kau smurf..." Kalau kita cuma mengutip kata-kata itu, kita nggak akan mengerti apa maksudnya. Dengan membaca keseluruhan cerita, saat Desa Smurf sedang beredar kabar burung, penyimak lambat laun akan mengerti maksud kalimat di atas: “Enak saja, ini nggak seperti yang kau pikirkan…”
Smurf seperti hidup yang dicita-citakan, mungkin Peyo, penulisnya, mendambakan hidup layaknya Smurf ketika hidupnya semua telah dilembagakan oleh struktur dunia yang kita huni sekarang.
Smurf tidak memiliki uang, ketika uang berusaha diciptakan (Edisi Smurf Bendahara) segalanya malah jadi berantakan. Yang Smurf pertahankan adalah dirinya untuk disumbangsihkan bagi penduduk Desa Smurf. Smurf memenuhi kebutuhan hidup dengan saling berbagi, subsisten. Setiap Smurf akan memiliki peranan, apapun itu, di Desa Smurf. Maka dari itu, Smurf memiliki nama sesuai dengan peranannya masing-masing.
Papa Smurf, sebagai sosok yang dituakan dan menjadi panutan kebijaksanaan bagi para Smurf. Beberapa pendapat menyebutkan Papa Smurf adalah simbol komunisme dengan atributnya yang berbeda dari yang lain, merah. Ada pula yang menyebutkan bahwa Papa Smurf merepresentasikan Karl Marx, who knows?
Selain itu ada Smurf Ceroboh, Smurf Pemalas, Smurf Pemancing, Smurf Pemikir, Smurf Penebang Kayu, Smurf Terampil dan sebagainya dan sebagainya. Pada komik Smurf edisi Smurf Reporter, di halaman terakhir Papa Smurf menyebutkan begini “Sama seperti Smurf Pemalas, kita harus membiarkannya berubah sendiri.” Ucapan Papa Smurf cukup memberi kejelasan, kalau kita tidak perlu lagi bingung-bingung membedakan antara Smurf satu dengan yang lain.

Peyo tidak perlu repot-repot memikirkan bentuk Smurf yang sama, karena memang nama mereka dapat berubah sewaktu-waktu. Yang perlu diketahui adalah perbedaan berdasarkan peran. Peran yang akan membawa ciri ciri dari masing-masing smurf. Sebut saja smurf penebang kayu dengan atribut topi jerami dan kapaknya, smurf penggerutu dengan mulut yang selalu nyinyir. Smurf pemalas dan nama-nama yang nampak tidak berguna nantinya akan memiliki perannya sendiri yang bisa ia kontribusikan untuk penduduk Desa Smurf lainnya. Cerita ini diwujudkan dalam film layar lebar The Smurf (2011), yaitu ketika Smurf Kikuk diakhir cerita justru mampu membuktikan dirinya bisa menjadi pahlawan yang gagah berani. Good job Clumsy!
Nonton The Smurf sama Wahyu aka Ncek aka Jiung, Oktober 2011.
Kehidupan berbagi dan bersahaja bukan berarti tidak ada konflik di dalamnya. Kalau tidak ada konflik, mungkin Komik Smurf juga tidak akan ada. Salah satu konflik besar sebenarnya bukan dari dalam, tapi justru dari luar. Gargamel adalah penyihir muka jelek yang selalu ditemani kucing garong peliharaannya, Azrael, nguber-nguber para Smurf untuk mengambil sari pati Smurf dan dijadikan kekuatan. Tanpa Smurf, kekuatan Gargamel habis sudah Smurf adalah dunia bagian kesekian, yang dianggap kecil, sumber kekuatan bagi kapital besar.
Gargamel sama Kucing Garongnya
Smurfin (Smurfette), awalnya Smurfette adalah Smurf yang di buat oleh Gargamel sebagai kekuatan jahat, lalu Papa Smurf mensmurfnya menjadi blam!....Smurf paling cantik di Desa Smurf karena dia Smurfette, satu-satunya smurf perempuan di sana. 
Smurfin / Smurfette

Melalui komik Smurf banyak hal yang bisa diambil jika berusaha memahaminya. Cerita-cerita di dalamnya adalah representasi dunia manusia pada nyatanya. Komik ini mengingatkan akan manusia yang selalu menginginkan bagian yang lebih besar dari manusia yang lain, di bumi yang hanya ada satu-satunya ini. Bumi yang cuma satu, bukankah menjadi pesan semesta bahwa kita harus saling berbagi? Permasalahan Desa Smurf tidak begitu berbeda, permasahalan hidup sehari hari tentang hal-hal kecil khas dunia manusia terjadi juga di Desa Smurf, dikemas dalam topik yang berbeda-beda pada tiap serinya. Namun Smurf selalu kembali pada fungsi dan perannya, kembali lagi bahwa Peyo tidak menciptakan Desa Smurf di belahan bumi yang lain, karena itulah para Smurf harus menjaganya dengan baik dan mengelola untuk kepentingan bersama.

Tiaradewi.
Bekasi, 16 Januari 2013

Sebelum menulis ini terjadi obrolan ringan via messenger dengan Kang Timbul tentang salah satu penelitian ekologi yang ditakutkan memiliki desain dari kapital besar yang malah "menjajah" tanah sendiri. Melihat Ibu yang sibuk mencari buku di rak, lalu tadaaaa' ditemukan salah satu seri Smurf favoritku yang sempat hilang.
Terimakasih Ibu, terimakasih Wahyu (aka Ncek aka Jiung), terimakasih Kang Timbul, terimakasih kapitalisme #grin.

No comments: