Membuat uang, gagal. Menjadi reporter, kisruh.
Berobat ke dokter, sakit. Lalu apa yang bisa mereka lakukan untuk bertahan
hidup? Makhluk kecil berwarna biru yang hidup demikian bernama smurf. Setiap
seri komiknya, akan diteukan masalah demi masalah dalam kehidupan sehari-hari
di Desa Smurf. Masalah yang banyak disebabkan oleh pengetahuan yang merangsang
ide untuk berkuasa, untungnya, selalu gagal.
Setiap
Smurf mengganti berbagai macam kata menjadi smurf. Kita diajak belajar
memasuki dunia Smurf dengan memahami konteks oengucapan kata smurf itu sediri. Misal, ketika salah
satu Smurf mengatakan: "Enak saja, ini nggak seperti yang kau smurf..." Kalau
kita cuma mengutip kata-kata itu, kita nggak akan mengerti apa maksudnya. Dengan
membaca keseluruhan cerita, saat Desa Smurf sedang beredar kabar burung,
penyimak lambat laun akan mengerti maksud kalimat di atas: “Enak saja, ini
nggak seperti yang kau pikirkan…”
Smurf
seperti hidup yang dicita-citakan, mungkin Peyo, penulisnya, mendambakan hidup
layaknya Smurf ketika hidupnya semua telah dilembagakan oleh struktur dunia
yang kita huni sekarang.
Smurf tidak
memiliki uang, ketika uang berusaha diciptakan (Edisi Smurf Bendahara)
segalanya malah jadi berantakan. Yang Smurf pertahankan adalah dirinya untuk
disumbangsihkan bagi penduduk Desa Smurf. Smurf memenuhi kebutuhan hidup dengan
saling berbagi, subsisten. Setiap Smurf akan memiliki peranan, apapun itu, di
Desa Smurf. Maka dari itu, Smurf memiliki nama sesuai dengan peranannya
masing-masing.
Papa Smurf, sebagai sosok yang dituakan dan menjadi panutan
kebijaksanaan bagi para Smurf. Beberapa pendapat menyebutkan Papa Smurf adalah
simbol komunisme dengan atributnya yang berbeda dari yang lain, merah. Ada pula
yang menyebutkan bahwa Papa Smurf merepresentasikan Karl Marx, who knows?
Selain itu ada Smurf Ceroboh, Smurf Pemalas, Smurf Pemancing, Smurf
Pemikir, Smurf Penebang Kayu, Smurf Terampil dan sebagainya dan sebagainya.
Pada komik Smurf edisi Smurf Reporter, di halaman terakhir Papa Smurf
menyebutkan begini “Sama seperti Smurf Pemalas, kita harus membiarkannya
berubah sendiri.” Ucapan Papa Smurf cukup memberi kejelasan, kalau kita tidak
perlu lagi bingung-bingung membedakan antara Smurf satu dengan yang lain.
Peyo tidak perlu repot-repot memikirkan bentuk Smurf yang sama,
karena memang nama mereka dapat berubah sewaktu-waktu. Yang perlu diketahui
adalah perbedaan berdasarkan peran. Peran yang akan membawa ciri ciri dari
masing-masing smurf. Sebut saja smurf penebang kayu dengan atribut topi jerami
dan kapaknya, smurf penggerutu dengan mulut yang selalu nyinyir. Smurf pemalas dan nama-nama yang nampak tidak berguna nantinya akan
memiliki perannya sendiri yang bisa ia kontribusikan untuk penduduk Desa Smurf
lainnya. Cerita ini diwujudkan dalam film layar lebar The Smurf (2011), yaitu
ketika Smurf Kikuk diakhir cerita justru mampu membuktikan dirinya bisa menjadi
pahlawan yang gagah berani. Good job Clumsy!
Nonton The Smurf sama Wahyu aka Ncek aka Jiung, Oktober 2011. |
Kehidupan
berbagi dan bersahaja bukan berarti tidak ada konflik di dalamnya. Kalau tidak
ada konflik, mungkin Komik Smurf juga tidak akan ada. Salah satu konflik besar
sebenarnya bukan dari dalam, tapi justru dari luar. Gargamel adalah penyihir
muka jelek yang selalu ditemani kucing garong peliharaannya, Azrael, nguber-nguber
para Smurf untuk mengambil sari pati Smurf dan dijadikan kekuatan. Tanpa Smurf,
kekuatan Gargamel habis sudah Smurf adalah dunia bagian kesekian, yang dianggap kecil, sumber kekuatan bagi kapital besar.
Gargamel sama Kucing Garongnya |
Smurfin
(Smurfette), awalnya Smurfette adalah Smurf yang di buat oleh Gargamel sebagai
kekuatan jahat, lalu Papa Smurf mensmurfnya menjadi blam!....Smurf paling
cantik di Desa Smurf karena dia Smurfette, satu-satunya smurf perempuan di
sana.
Smurfin / Smurfette |
Melalui komik Smurf banyak hal yang bisa diambil jika berusaha memahaminya. Cerita-cerita di dalamnya adalah representasi dunia manusia pada nyatanya. Komik ini mengingatkan akan manusia yang selalu menginginkan bagian yang lebih besar dari manusia yang lain, di bumi yang hanya ada satu-satunya ini. Bumi yang cuma satu, bukankah menjadi pesan semesta bahwa kita harus saling berbagi? Permasalahan Desa Smurf tidak begitu berbeda, permasahalan hidup sehari hari tentang hal-hal kecil khas dunia manusia terjadi juga di Desa Smurf, dikemas dalam topik yang berbeda-beda pada tiap serinya. Namun Smurf selalu kembali pada fungsi dan perannya, kembali lagi bahwa Peyo tidak menciptakan Desa Smurf di belahan bumi yang lain, karena itulah para Smurf harus menjaganya dengan baik dan mengelola untuk kepentingan bersama.
Tiaradewi.
Bekasi, 16 Januari 2013
Sebelum menulis ini terjadi obrolan ringan via messenger dengan Kang Timbul tentang salah satu penelitian ekologi yang ditakutkan memiliki desain dari kapital besar yang malah "menjajah" tanah sendiri. Melihat Ibu yang sibuk mencari buku di rak, lalu tadaaaa' ditemukan salah satu seri Smurf favoritku yang sempat hilang.
Terimakasih Ibu, terimakasih Wahyu (aka Ncek aka Jiung), terimakasih Kang Timbul, terimakasih kapitalisme #grin.
No comments:
Post a Comment