Tiap baca buku yang menarik buat saya, bab
terakhir itu sama aja kayak makan baso telor. Si baso yang isinya telor, harus
diselamatkan untuk bisa dinikmati paling akhir. Kalau bahasa populernya sih, save the best for the last.
Nah, ketika itu saya lagi gembira banget baca Kiki
dan Jiji kucingnya di buku Titipan Kilat Penyihir, yang lebih popular disebut
dalam bahasa Inggrisnya: Kiki’s Delivery Service, karangan Hayao Miyazaki. Buku ini bercerita
tentang Kiki si penyihir yang akan melewatkan usia ke-13-nya dengan pergi dari
desanya. Kiki bukan melarikan diri, tapi begitulah tradisi para penyihir,
mereka pergi di usia 13 bersama kucing peliharaannya untuk merantau ke kota
lain selama kurang lebih satu tahun. Kisah Kiki diwarnai dengan congkaknya Jiji –
kucing kesayangan Kiki – dan Tombo, teman baru Kiki di kota tempat dia
merantau. Tombo adalah peneliti kecil, peneliti alat-alat penerbangan,
karenanya ia tertarik pada Kiki dan sapu terbangnya. Di sisi lain, memang
keahlian Kiki sebagai penyihir memang cuma satu: terbang dengan sapu yang bisa
terbang. Kadang Kiki merasa tidak percaya diri karena keahliannya satu-satunya
itu, sementara penyihir lain yang ditemuinya mampu meramal. Keahlian penyihir
memang semakin lama semakin punah.
Bab paling akhir buku cerita ini, jadi hadiah
buat saya. Save the best, adalah ungkapan yang tepat. Tepat ketika saya
mendapat persetujuan untuk sidang akhir, saya menyelesaikan bab terakhir Kiki
yang sudah saya anggurin paling tidak dua minggu.
Kiki dan saya sama-sama kembali ke rumah setelah
sekian lama jauh. Dan, tidak lama pergi lagi ke perantauannya untuk melanjutkan
kehidupannya sendiri. Dengan kemampuannya yang tunggal itu, Kiki bisa berbagi
untuk banyak orang. Saya bersemangat untuk bisa melakukannya, semoga…
Tiaradewi :)
Bekasi, 17 November 2013
No comments:
Post a Comment