Tahun baru dimana? Itu pertanyaan paling populer menjelang tanggal 1 Januari setiap tahun. Dari kecil, malah, dari lahir, sampai menginjak hampir 23 tahun hidup saya, tidak sampai lima kali saya berada di luar rumah pada saat detik detik pergantian tahun. Pada tanggal-tanggal itu seolah-olah lingkungan menurut pandangan saya menuntut untuk mendapatkan jawaban selain: "di rumah aja".
Kemudian pada sebuah kebodohan, seperti perang batin antara: "sangat ingin tahun baruan seperti orang di jalan-jalan dan kembang api"; "lalu di rumah Ibu sama siapa?", sampai akhirnya "taun baruan kenapa dirayain sih?". Lahirlah sebuah pertanyaan akhirnya. Apa yang sebenarnya kita rayakan pada saat tahun baru?
Kata Wiki, tahun baru itu sebuah usaha umat Kristen pada saat itu untuk menetapkan kelahiran Isa atau Yesus. Saya masih kurang paham, perbedaannya dengan Hari Raya Natal. Semoga saja tulisan ini dibaca orang dermawan yang mau memberitau saya kronologisnya.
Lalu ada pula cerita, tentang kekaisaran Romawi dimana kalender di buat hanya 10 bulan saja. Alasannya adalah karena pada musim dingin mereka tidak bisa bertani, jadi tidak masuk dalam kalender. Kemudian berkembang menjadi 12 bulan dengan pertimbangan perayaan-perayaan keagamaan. Selain itu kalender tersebut di sesuaikan dengan pengamatan manusia terhadap benda-benda antariksa seperti matahari atau bintang. Namun entah apa yang terjadi pada jaman itu sehingga perhitungan kalender jadi rancu dan tidak tetap setiap tahunnya. Sampai akhirnya diadakan lah bulan ke 13 yang jumlahnya 27 hari. Tapi dengan adanya bulan baru ini terjadilah penyalah gunaan dalam politik Romawi, sampai kekacauan perhitungan gaji dan masa jabatan. (Mungkin ini yang akhirnya di bagi-bagi untuk bulan-bulan yang lain sehingga kita mengenal tahun kabisat.) Daaaan, penanggalan itu terjadi sejak tahun 45 sebelum masehi.
Apapun cerita di balik tahun tahun bulan dan hari yang kita kenal sekarang, saya rasa semua berhubungan dengan sesuatu yang lebih teratur. Atau mungkin supaya segala sesuatu jadi mudah diatur. Tidak mungkin seorang budak atau anak kecil pada jaman dulu kala yang membuat kalender Masehi itu menjadi sah dan digunakan hampir seluruh orang di dunia. Bukankah di dunia ini banyak kalender yang lain, Hijriah, kalender Cina, kalender Jawa dan masih banyak lagi di dunia ini yang tidak terjamah oleh saya? Lalu kenapa harus masehi? Dengan keteraturan kalender masehi, yang di buat oleh siapapun yang memiliki kebijakan saat itu, kita disuguhkan sebuah kepastian setiap tahunnya. Setidaknya dari banyak hal yang tidak pasti di dunia ini ya yang pasti adalah hari ini minggu depan adalah tanggal sekian, gajian tanggal sekian, liburan tanggal sekian dan itu membuat saya berpikir sebuah penjara dengan segala ketentuannya. Kalender yang sangat 'pasti dan terpercaya' ini menciptakan perkiraan-perkiraan yang pasti dari ketidakpastian tindakan manusia, menciptakan harapan bahkan menciptakan mesin-mesin waktu. Manusia adalah mesin waktu itu.
Tidak ada protes. Ya sudah, hanya kebodohan dan inkonsistensi pemikiran. Pepatah bilang, kalau ada hal yang tidak bisa kamu ubah, maka ubahlah cara berpikirmu. Pergantian tahun adalah tradisi, perayaannya adalah tradisi, resolusi juga tradisi (bagi saya), saya sudah bilang bukankah kalender ini menyuguhkan harapan di dalamnya, maka selamat merayakan tahun yang baru dengan harapan yang baru. Kalau manusia memang mesin waktu, maka harapan saya, semoga umat manusia bisa jadi mesin waktu yang budiman bagi sesama :)
Tiaradewi. Bandung, 1 Januari 2013.
Selamat ulang tahun buat: Schizophones, Ressa Ria (Icha), Rumah Cemara dan kalender Masehi tentunya.
No comments:
Post a Comment